Tikus

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan tidur di pagi hari, bukan begadang namanya, cuma ganti jam tidur saja, semua masih berjalan normal seperti manusia biasa, dan masih berinteraksi dengan manusia.

Namun kebiasaan tersebut membuat saya merasakan persahabatan dengan tikus, mungkin karena jam beraktivitas tikus lebih sering di malam hari, ikatan itu terjalin.

Setiap jam dua belas malam atau lebih rasanya ingin memasak mie goreng atau rebus ketika membuka pintu dapur bertemu dengan tikus lalu mereka berhamburan kabur lewat sela-sela di dekat atap.

Padahal tidak ada makanan di dapur hanya minyak goreng yang umurnya sudah satu tahun lebih, tidak saya buang karena sebagai pajangan di dapur rasanya kosong kalau tidak ada apa-apa.

Pernah sesekali kesal minyak goreng di penggorengan jatuh dan bekas minyak berceceran, bukan tanpa sebab kayu sebagai pijakan tikus keluar masuk saya pindahkan, mungkin kompor tempat yang landai untuk tikus itu mendarat, tapi emang goblok si tikus tidak memperhitungkan jarak atap ke kompor.

Perjalanan terjaga di malam hari memberikan pengetahuan baru ada dua jenis tikus yang saya temui, pertama tikus yang ukurannya lumayan besar cenderung pemalu karena ketika kita bertatapan dia langsung kabur.

Jenis kedua tikus yang kecil cenderung menyebalkan karena bersembunyi di lemari piring atau lemari buku, bersembunyi tidak ada suara namun sesekali berisik.

Hal yang membuat murka ketika mereka berak sembarangan, tainya seperti coklat ceres hitam kecil-kecil namun baunya bukan main.

Setidaknya begadang selalu ada yang menemani beberapa ekor tikus yang kelaparan, tapi mereka goblok sudah tau tidak ada makanan tapi masih betah di rumah ini.