Selembar Uang di Tepi Jalan

Uang tersebut masih tergeletak, seakan-akan sangat sayang untuk dilewatkan, mona terus berjalan, tetapi sekali-kali mona menengok ke belakang memastikan bahwa uang yang tergeletak masih ada dalam keadaan semua, semoga saja sehabis mengunjungi temannya, masih ada uang yang tergeletak tersebut, perjalanan ke kosan temannya memang cukup jauh jika harus ditempuh dengan berjalan kaki, alangkah bahagianya mona jika memiliki kendaraan pribadi, dia bisa berkunjung kesana-kemari dengan cepat, dan juga mengantar pujaan hatinya kemana-mana yang dia inginkan, tetapi itu semua hanya keinginan semata, pada kenyataannya mona harus terus berjalan agar sampai ke kosan temannya.

Suasana di perjalanan cukup ramai, mona harus berhenti sejenak untuk mempersilakan motor yang lawanan arah lewat, gerbang warna hijau mulai terlihat dari pandangan mona, rasa lelah melangkah terbayar ketika mona mngetuk pintu kosan, dan terdapat seorang lelaki yang masih bermuka kurut, lelaki tersebut adalah teman mona satu jurusan dalam perkuliahan, tidak perlu ku jelaskan siapa dia, yang akan ku jelaskan adalah bagaimana bisa menikmati kopi dan roti, mungkin jika teman ku ini sedikit lebih baik akan menawarkan sebatang rokok setelah roti ini habis ku lahap.

Mona tanpa disuruh langsung mengambil segelas yang terisi oleh ampas kopi, mungkin temannya lupa mencuci, atau gelas kotor adalah karya seni yang sama seperti pandangan penghuni kandang babi, dari kamar tidur ke kamar mandi cukup jauh harus melewati beberapa kamar, tidak melelahkan hanya cukup punya kemauan untuk mencuci gelas, sedangkan temannya memanaskan air dalam gelas besar yang terbuat dari alumunium yang bisa memanaskan air jika dicolokan pada listrik yang mempunyai tegangan yang cukup kuat, harus berhati-hati karena aliran listrik bisa mati secara tiba-tiba jika penghuni kosan tersebut ada yang melakukan hal yang serupa, tegangan listrik disini cukup rendah sehingga harus melakukan komunikasi terlebih dahulu agar kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

Selesai mencuci gelas mona kembali ke kamar tidur dan menuangkan kopi dalam kemasan ke gelas yang baru saja dia cuci, menunggu air mendidih memang membosankan, pada kenyataannya jika tidak ditunggu dan ditinggal begitu saja mungkin akan meledak, alat itu sudah tua, temannya yang menunggu, mona mendapatkan uang yang cukup untuk membeli beberapa batang rokok dan tentunya roti, cukup dekat dari kosan menuju warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Roti dan rokok sudah ada digenggaman tangan mona dan saatnya kembali ke kamar tidur untuk menikmati hari yang indah ini, sampai di kamar tidur secangkir kopi panas sudah tersanding di depan mata, mona menikmati roti terlebih dahulu setelah itu meminum kopi dengan begitu pelan agar rasa panas tidak melekat di lidah, kalau saja melekat indra pengecapan akan berkurang fungsinya, menikmati hidangan kopi dan sebatang rokok melengkapi hari yang indah bagi mona, sambil mengobrol yang memang tidak terlalu penting dengan temannya.

Sekedar bercerita tentang wanita-wanita yang pernah singgah di hati mereka berdua dan lupa cara mendapatkannya, dan mendapatkan kabar wanita yang dia sukai sudah mendapatkan tambatan hatinya, mereka berdua hanya kertawa dan sekali-kali batuk asap rokok mengganggu pernapasan ketika sedang tertawa, mona mempunyai cara agar hal tersebut tidak terjadi, ketika temannya mulai bercerita dia akan menghentikan isapan asap rokok tersebut, temannya tertawa dan mona mau tidak mau harus ikut tertawa.