Menulis Itu Melelahkan

Sebelum negara api menyerang saya dan semua jajaran yang bertugas mengucapkan selamat tahun baru 2022 semoga apa yang kalian semogakan terkabul di tahun ini dan kebahagiaan segera menghampiri.

Sedari dulu sangat jarang yang namanya menulis, wajar saja jika pelajaran menulis huruf latin yang miring nan indah selalu mendapatkan nilai yang amat jelek, mungkin juga keturunan, karena bapak saya hampir tidak bisa menulis.

Untung saja sejak ada teknologi keyboard entah itu bentuk fisik atau virtual sangat membantu dalam hal menulis, pernah sesekali menulis menggunakan pulpen karena ada keperluan input data, sangat lama sekali dan hasilnya tidak bisa dibaca oleh orang lain, dan oleh saya sendiri pun samar-samar dibaca.

Selama sekolah hampir tidak menulis, ketika sekolah dasar pernah menangis merengek-rengek karena ingin membeli buku paket semua mata pelajaran, akhirnya permintaan dituruti oleh orang tua karena saya tidak mau sekolah jika tidak membeli buku paket.

Cukup mahal memang membeli buku paket semua mata pelajaran, alasannya satu jika tidak mempunyai buku paket diharuskan menulis ulang dari buku paket yang dipinjamkan dari sekolah, tentu saja saya tidak mau menulis capek-capek dong.

Namun dari kebiasaan yang malas menulis, mulai dari situ kegemaran membaca buku, tidak ada yang menyuruh membaca buku, tetapi rasanya mulai penasaran.

Buku pengetahuan umum dibaca sampai habis sebelum mata pelajaran itu dimulai, alhasil setiap ada pertanyaan sebelum pulang sekolah, saya pulang lebih dulu karena selalu yang pertama menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Namun sialnya pelajaran matematika dan ilmu pasti lainnya menjadi penghambat karena harus mempraktekkan dengan menulis angka-angka alhasil sangat tolol sekali saya dengan mata pelajaran ilmu pasti itu.

Paling yang saya sukai biologi dan geografi ketika SMA, sialnya masuk jurusan IPA, namun begitu masih ada pelajaran sejarah yang terlselip di jurusan ipa, sebuah kesempatan, buku sejarah kelas satu sampai tiga sudah dibaca habis.

Walaupun hanya satu jam setiap minggunya, setidaknya pelajaran sejarah cukup membantu, namun setelah kuliah kegiatan membaca menjadi tidak terkendali banyak sumber baru yang asing.

Alhasil makin puyeng dan rasanya saya ini semakin tolol, apalagi ketika ujian tulis mengerjakan soal essai, nulis panjang-panjang namun tidak bisa dibaca oleh dosen, untungnya kebanyakan dosen melihat dari kuantitas karena tulisannya panjang dapet nilai yang lumayan.

Semakin dewasa kegiatan membaca semakin memudar, apalagi setelah lulus kuliah males banget, dan enggak pernah menulis hanya mengetik tulisan yang tidak jelas seperti ini.

Sekian dan terima kasih semoga awal tahun ini membaca kebaikan 🙂